Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber gizi utama bagi bayi. Bayi dianjurkan untuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Kemudian pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun dengan ditambah makanan pendamping ASI (MPASI).
ASI menyediakan berbagai zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kandungan gizi dalam ASI antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang mudah diserap dan dicerna bayi.
Bagaimana dengan laktosa? Apakah ASI mengandung laktosa? Artikel ini akan membahas apakah ASI mengandung laktosa dan seputar intoleransi laktosa pada bayi. Yuk kita pahami bersama.
Apakah ASI Mengandung Laktosa? Jawabannya: Iya!
Kandungan gizi ASI tergantung dari pola makan ibu. Oleh karena itu, kandungan ASI setiap ibu bisa saja berbeda-beda. Selain itu, kandungan ASI juga berubah seiring dengan masa menyusui.
Dilansir dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ASI mengandung zat gizi makro dan mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro yang terkandung dalam ASI antara lain vitamin, kalsium, zat besi, dan zinc.
Laktosa adalah gula alami dalam ASI dan merupakan karbohidrat utama dalam ASI. Laktosa berfungsi sebagai salah satu sumber energi bagi otak sehingga penting untuk perkembangan bayi.
Kadar laktosa dalam ASI lebih banyak daripada susu sapi atau susu formula. Kadar laktosa ASI meningkat pada 7-14 hari setelah melahirkan. Setelah itu, kadar laktosa dalam ASI cenderung stabil.
ASI dari ibu yang melahirkan prematur mengandung laktosa lebih rendah dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan.
Apakah Laktosa dalam ASI Bisa Memicu Intoleransi Laktosa?
Di dalam pencernaan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim pencernaan yang disebut enzim laktase. Kekurangan atau tidak adanya enzim laktase dapat menyebabkan laktosa tidak dapat dicerna dengan sempurna sehingga menyebabkan masalah pada pencernaan.
Laktosa dalam ASI juga dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Namun, kejadian intoleransi laktosa pada bayi sangat jarang terjadi. Pencernaan laktosa pada ASI lebih baik daripada laktosa dalam susu sapi atau susu formula.
Walau begitu, sebagian bayi mungkin mengalami intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa bisa disebabkan karena faktor genetik dan karena penyakit pencernaan yang menyebabkan gangguan produksi enzim laktase.
Bayi yang mengalami intoleransi laktosa dapat mengalami beberapa gejala berikut:
- Diare
- Kembung
- Sakit perut
- Muntah
- Kentut lebih sering
- Kemerahan pada anus
- Tinja yang bau
Jika si kecil mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera periksakan ke dokter agar mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang tepat.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Mengalami Intoleransi Laktosa?
Jika si kecil mengalami intoleransi laktosa, maka penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapat penanganan yang tepat.
Selain itu, beberapa hal yang harus dilakukan jika bayi mengalami intoleransi laktosa adalah:
1. Memantau Gejala
Perhatikan reaksi bayi setelah minum ASI atau susu. Catat jika mengalami gejala intoleransi laktosa untuk memudahkan saat konsultasi dengan dokter.
2. Penyesuaian Diet pada Ibu
Pada beberapa kasus, ibu yang mengurangi konsumsi susu sapi dan produk olahannya dapat membantu mengurangi gejala intoleransi laktosa pada bayi.
3. Formula Alternatif
Jika intoleransi laktosa bayi cukup parah, mungkin diperlukan alternatif susu yang bebas laktosa. Namun, konsultasi ke dokter anak terlebih dahulu sebelum memberikan susu formula kepada bayi.
4. Hindari Memberikan Makanan dan Minuman yang Mengandung Laktosa
Jika bayi sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, hindari memberikan makanan dan minuman yang mengandung laktosa seperti susu sapi, keju, yogurt, dan es krim.
Rekomendasi Arummi: Yuk, Minum Susu Kacang Mede Arummi!
Yuk, minum susu kacang Mede Arummi yang dilengkapi dengan berbagai zat gizi yang penting bagi tubuh! Susu kacang mede Arummi juga bebas laktosa dan rendah gula, lho.
Kamu bisa mendapatkan susu kacang Mede Arummi di supermarket terdekat di kotamu!